Jumat, 10 September 2010

Jasa Ibu dan Ayah

Tahun ini, 2010. Aku merayakan lebaran idul fitri yang pertama di Negeri Piramida. Juga yang pertama berlebaran jauh ayah dan ibu.
Maka tak ada yang dapat kupersembahkan, kecuali hanya sebuah lagu.

Its special to you, Mom & Dad.


*******
Jasamu ibu jasamu ayah
belumlah terbalas hingga kami besar
walau nanti mampu mencari nafkah
dijalan Allah belumlah terbalas

sedari lahir dibuai sayang
tulus dan ikhlas dalam pelukan
ayah dan ibu mengajarkan
segala ilmu untuk masa depan

rajinlah sembahyang
hafalkan alquran
saling menyayang
sesama insan

*****
Eid Mubarak ya Abi wa Ummi.
Kullu sanah wa antum tayyibun.
Semoga Allah selalu memberkati dan melindungimu.

Ayah, semoga cepat sembuh yaa.

Tasbih, Cinta dan Kehidupan

Sebuah tasbih adalah sebuah kehidupan. Berawal dan berakhir dititik yang sama. Bukan tasbih namanya, jika hanya terdiri dari satu butir. Bukan kehidupan namanya jika hanya satu dimensi. Kehidupan akan sempurna dan indah bila telah melewati serangkaian untaian butiran suka, duka, derita, bahagia, gembira, gagal, sukses, pasang dan surut.
Untuk melewati semua itu, dibutuhkan keberanian, kesabaran, kekuatan dan perjuangan untuk terus meniti, berjalan dan mendaki. Sebab, seperti tasbih yang melingkar, kehidupan pun demikian. Kemana pun akan pergi dan berlari, tetap masih dalam lingkaran takdir Allah. Dari-Nya, kehidupan dimulai dan kepada-Nya akan berakhir.
Mungkin itulah yang kemudian tasbih identik dengan dzikir, mengingat Allah. Tasbih menjadi tanda kesalehan, kedekatan hamba dengan Allah. Namun demikian, sebenarnya tasbih juga identik sebagai penanda perjuangan dan semangat, gambaran kehidupan sejati.

Begitu juga cinta, akal manusia terlalu picik jika mengira tasbih hanya cocok untuk mereka yang dekat dengan maut, itu salah. Dalam jiwa yang selalu bergerak, tasbih adalah wakil jiwa yang selalu bergerak, tidak pernah berhenti, pantang menyerah, tidak mengenal putus asa, untuk meraih yang lebih tinggi.
Bahwa hidup adalah karunia yang paling berharga untuk makhluk bernama manusia. Maka, jangan harap cinta, bila engkau tidak memiliki keberanian. Jangan memeluk cinta, bila takut gagal, kecewa,dan sakit hati. Semua ini adalah paket yang akan ditemukan oleh siapa pun dalam meraih cinta.
Cinta, bisakah kita memahami cinta melalui benda ini (tasbih)? Mengapa tidak.
Cinta adalah sisi lain yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Tasbih adalah keutuhan yang disingkat pada sebuah simpul. Hal itu dilakukan agar butiran-butiran kecil dapat menyatu, saling bertautan, seimbang, dan bila dilihat akan tampak indah. Cinta juga akan menjadi indah jika diterima sebagai sebuah keutuhan. Mencintai adalah aktivitas berat yang membutuhkan keberanian untuk menerima yang dicintai dengan utuh. Sisi kelebihan, sudah pasti menerimanya. Tapi, bagaimana dengan sisi lainnya yang pasti ada? Kelemahan dan kekurangan. Semudah itukah kita akan menerimanya?
Agar cinta juga menjadi abadi dan kuat, dibutuhkan kesediaan dua ujungnya untuk diikat dalam satu simpul yang kokoh. Tanpa ikatan, tanpa simpul, cinta akan terburai menjadi butiran-butiran egoism yang tercerai berai. Bila demikian, bisakah cinta dipandang sebagai sebuah keindahan?. Bahkan, apakah bisa disebut cinta, bila untuk saling berdekatan hati saja sudah tidak mampu?

Dikutip dari buku �derap-derap tasbih� Hadi S. Khuli
Cairo,senja 4 april 2010

Selasa, 22 Juni 2010

Sepi Seorang Ibu

Sebuah catatan yang saya ambil dari situs halaqah-online.com.
pengingat diri bagi kita anak perantauan yang sedang berada jauh dari orang tua kita.
semoga bermanfaat.
semoga kita tak melupakan orang tua kita dalam setiap doa kita.


Sepi adalah suatu waktu yg tentu tidak memberi rasa selesa. Apalagi kita tidak tahu bila ia akan berakhir. Dan seorang ibu adalah seorang yg mungkin sangat sering mengalami itu dalam hidupnya, meskipun mungkin kita sebagai anaknya tidak menyedari.

Harus kita akui, bahawa kita memang seringkali lupa akan keberadaan ibu dan ayah yg ada di rumah. Jika dibandingkan dengan pasangan, perhatian kita kpdnya lebih banyak dan lebih intensif. Buktinya, kita selalu risau akan khabar pasangan kita, khuatir adakah dia sudah makan atau belum, takut adakah dia akan bahagia disisi kita?

Tapi, adakah kita juga pernah merisaukan khabar dari ibu dan ayah kita? Risau, adakah mereka sudah makan atau belum? Khuatir, adakah ibu dan ayah kita sudah bahagia atau belum? Rasanya jarang kita praktikkan. Padahal mungkin sahaja dia dalam dakapan rasa sepi.

Di sini, mari sejenak kita cuba renungkan lagi. Bicara soal keadaan ibu dan ayah. Soal rasa sepi yg seringkali menerpa hidupnya. Saat kita masih ada kesempatan untuk membalas budi mereka, lakukan yg terbaik untuknya. Untuk ibu yg pengorbanannya tak terhingga. Agar jgn sampai ada kata “menyesal” di kemudian hari.

Rasa Sepi Ketika Bersendiri Membesarkan Anak-anaknya

Ibu kita mungkin menjadi salah satu perempuan yg merasakan kesepian itu dalam mendidik anak-anaknya. Kita, dan beberapa beradik kita mungkin saja hari ini semua telah menjadi org-org berjaya; berpendidikan tinggi, berpangkat tinggi, atau mengurus sebuah bisnes besar.

Mari kita kenang sejenak rasa sepi ibu waktu itu, di mana terkadang dia harus menutupinya dengan sebuah ‘kebohongan’ untuk mengalihkan perhatian kita, agar ia tidak nampak lelah dan penat mengurus dan membesarkan kita.

Seorang anak yg telah dewasa menuliskan masa kecilnya tatkala bersama ibunya, yg tidak pernah kenal erti lelah bekerja untuk dirinya dan adik-adiknya. Saat itu mereka hidup dalam keadaan amat sederhana, bahkan utk makan saja, selalu kekurangan. Ketika sedang makan, ibunya seringkali memberikan bahagian nasinya utknya. Sambil memindahkan nasi ke pinggan anaknya, si ibu berkata, “Makanlah nak, aku tidak lapar.” Setelah dewasa, dia baru tersedar bahawa saat itu ibunya telah ‘berbohong’.

Hari-hari terus berjalan, hingga pada waktu yg telah digariskan, ayah meninggalkan kami utk selama-lamanya. Setelah kepergian ayah, ibu yg malang harus merangkap menjadi ayah, membiayai keperluan hidup kami sendiri dan tiada hari tanpa penderitaan. Hingga byk keluarga ibu yg menasihati ibu utk kembali menikah, tapi ibu yg menolaknya dengan mengatakan bahawa ia tidak perlu cinta, dan aku tahu saat itu ibu ‘berbohong’,” tulisnya, meneruskan ceritanya.

Perjuangan membesarkan anak adalah hari-hari yg penuh rasa sepi, dengan kesulitan yg terkadang belum boleh kita cerna saat itu, atau mungkin hari ini. Namun kita tidak pernah mencuba untuk mengingatnya, utk sekadar mengenang jasa manusia yg agung itu, yg telah memberikan segalanya utk kita.

Rasa sepi ketika ditinggalkan anak-anaknya merantau

setiap anak pada akhirnya akan menentukan pilihan hidupnya masing-masing. Dan kerana itu kita terpaksa meninggalkan kedua orang tua utk mencuba melepaskan diri dari ketergantungan kepada mereka. Ketika beranjak remaja atau dewasa, kita pergi merantau ke mana saja, utk tujuan apapun; menuntut ilmu, mencari rezeki, dan sebagainya.

Berawal dari sini, rasa sepi pun muncul dari relung hati seorang ibu. Anak yg sejak dari kecil diasuh penuh cinta, ditimang-timang dan dibesarkan, pergi jauh dari sisinya. Tak sanggup ia melarang, kerana hidup memang harus berubah dan berkembang. Ia lalu merelakan anaknya pergi merantau.

Ibu memang selalu merindukan kita. Sangat merindukan kita. Sampai bila-bila. Gambar wajah kita selalu hadir di benaknya, bermain-main di pelupuk matanya. Dia selalu melemparkan ingatannya ke masa-masa lalu yg indah ketika kita masih bersamanya, mengenang segala tingkah lucu kita yg menggores kesan indah di hatinya.

Rasa Sepi Ketika Anak-anaknya Telah Sukses dan Berdikari

Merantau mungkin awalnya hanya utk menimba ilmu dan pengalaman. Tapi seringkali di negeri orang, kita akhirnya menemukan kehidupan baru yg membuat kita harus bertahan. Di sana kita menemukan pekerjaan, profesi atau jabatan yg menjadikan kita tidak lagi bergantung kepada orang tua secara ekonomi. Atau mungkin kita telah menemukan pasangan hidup dan lalu membina keluarga sendiri, sehingga tidak lagi merasa perlu utk kembali dan hidup bersama orang tua di kampung halaman.

Keberhasilan dan kejayaan tentu selalu memberi perubahan, seperti perubahan pada keadaan kita yg sudah mampu hidup sendiri. Namun ibu yg mengantarkan kita kpd keberhasilan itu tetap dalam keadaannya yg dulu. Tak ada perubahan, kecuali fizikalnya yg kian lemah dan kulitnya yg semakin keriput. Sepi yg dulu dia rasakan, kini pun tidak jauh bezanya. Bahkan mungkin rasa sepi itu semakin bertambah, kerana kita semakin jarang mengunjunginya.

Rasa Sepi Ketika Anak Mengalami Kekeringan Spiritual

Kejayaan..tetapi tentu bukan hal itu yg paling membahagiakan seorang ibu. Selain kejayaan dan keberhasilan, seorang ibu sangatlah ingin melihat anak-anaknya tumbuh menjadi orang-orang soleh, berbakti dan berakhlak mulia, hidup dgn rukun satu sama lain. Itulah yg paling membahagiakan orang tua. Tak ada yg paling menyenangkan hatinya dan mententeramkan jiwanya selain melihat mereka tumbuh dalam ketaatan kepada Allah swt. Terlebih lagi ketika mereka telah berada di usia yg semakin senja; selalu ada harapan agar anaknya kelak tetap menyenangkan setelah kepergiannya, dalam doa dan munajatnya, memohonkan ampun untuknya.

Rasa sepi yg paling dahsyat akan dirasakan seorang ibu ketika ia tak menemukan kesolehan pada diri anak-anaknya. Saat beribadah tak ada yg menemani. Ketika berdoa tidak ada yang mengaminkan. Di waktu sakit tak ada yg mendoakan. Akhir hidupnya dihantui rasa takut akan kegagalan menuai pahala dari anak-anaknya.

Mari sejenak kita merenung di sini, adakah perempuan yg telah melahirkan kita itu, juga hidup dalam rasa sepi kerana orientasi hidup yg berbeza. Jangan merasa puas dengan hanya melihat senyumnya ketika kita menghadiahkan sebuah barang mahal, sebab boleh jadi dia merindukan sesuatu yg lebih sederhana tapi lebih berharga dari hadiah mahal yg kita berikan.

Rasa Sepi Ketika Anak tak Memahami Bahasa Hati Seorang Ibu

Kerana kita dan orang tua ditakdirkan lahir di generasi yg berbeza, menghuni zaman yg tak serupa, mengalami perubahan-perubahan budaya yg tak sama, terkadang memunculkan perbezaan-perbezaan yg membuat komunikasi orang tua dengan anak tak sefaham, kehendak yg tak seiring, dan fikiran yg tak sejalan.

Sejenak , mari kita bicara tentang keadaan ibu. Merenungkan rasa sepi yg ia derita kerana kita seringkali tidak memahami keinginannya. Jangan biarkan hari-harinya yg tersisa hanya diisi dengan lamunan. Jangan persingkat usianya dengan membiarkan rasa rindu yg tak kunjung terubati. Sekali lagi, mari kita bicara tentang keadaan ini, agar suatu saat nanti kita tak menyesali sikap acuh kita; ketika rasa sepi telah merenggut segalanya.

“ Ya Tuhanku, ampunilah dosa-dosaku dan dosa-dosa ayah ibuku, sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangiku sewaktu aku masih kecil ”.. Amiin T_T

Courtesy from Tarbawi..

Bintang Lapangan Hijau Muslim di Piala Dunia 2010

Mata masyarakat dunia kini sedang tertuju ke Afrika Selatan karena di sana sedang berlangsung laga tim sepakbola dari seluruh dunia untuk memperebutkan "Piala Dunia" 2010.

Negara Muslim yang ikut serta dalam World Cup tahun ini memang bisa dihitung dengan jari, tapi ternyata banyak pemain muslim yang turun ke lapangan hijau meski tidak memperkuat tim dari negara-negara muslim. Siapa saja mereka?

Nicolas Anelka: menjadi salah satu pesepakbola muslim yang namanya cukup diperhitungkan. Pemain yang pernah memperkuat tim nasional Perancis dan kini bergabung dengan tim Inggris Chelsea ini masuk Islam pada tahun 2004, saat ia masih bermain untuk klub sepakbola Manchester.

Pada surat kabar The Independent, Anelka berkomentar tentang keislamannya, "Agama saya memberikan kestabilan dan memperkuat pijakan kaki saya di dunia ini. Agama saya membantu saya untuk mengenal siapa dan dimana saya berada."

Franck Ribery: ia adalah teman satu tim Anelka di tim nasional Perancis dan menjadi menjadi pesaing Anelka dalam pemilihan pesepakbola muslim paling top di dunia. Ribery yang pernah dua kali menerima penghargaan sebagai pemain sepakbola Perancis terbaik juga seorang mualaf yang memiliki nama Islam Bilal Yusuf Mohammed.

Namun sayang, prestasi sepakbolanya yang cemerlang dibayang-bayangi oleh kasus yang mengharuskannya berurusan dengan aparat penyelidikan atas dugaan keterlibatannya dalam prostitusi.

Kolo Toure: juga seorang muslim yang bermain untuk tim sepakbola Chelsea. Ia diprediksi akan menjadi bintang dalam ajang Piala Dunia tahun ini. Pesepakbola asal Pantai Gading yang memang berasal dari keluarga muslim ini, punya dua saudara yang juga dikenal sebagai bintang lapangan hijau; Yaya dan Ibrahim Toure.

Sulley Muntari: pesepakbola yang memperkuat tim nasional Ghana. Pada bulan Ramadan tahun 2009, ia menjadi buah bibir, ketika manajer timnya, Jose Maourinho menariknya dari sebuah pertandingan dengan alasan Muntari tidak berenergi karena sedang puasa. Maurinho melontarkan pernyataan kontroversial yang mengatakan bahwa pemain timnya seharusnya tidak berpuasa dulu jka ingin bertanding.

Khalid Boulahrouz: Khalid: julukannya "Khalid the Cannibal" disebut-sebut sebagai julukan paling keren dalam dunia olahraga. Ia memperkuat tim nasional Belanda, yang meski tidak sepopuler tim Brazil dan Argentina, tim Belanda cukup menjadi perhatian dalam ajang Piala Dunia 2010.

Zinedine Zidane: meski tidak turun ke lapangan dalam World Cup tahun ini dan sudah menyatakan pensiun dari dunia sepakbola tahun 2009 lalu, ia tetap menjadi seorang muslim yang menorehkan sejarah dalam sepakbola dunia, bukan cuma karena insiden ketika Zidane menjedotkan kepalanya pada pemain Italia, Marco Materazzi saat final Piala Dunia tahun 2006, karena Materazzi melontarkan hinaan pada Zidane, tapi karena Zidane memang seorang pemain sepakbola yang handal, terbukti ia pernah tiga kali terpilih sebagai pemain sepakbola terbaik pilihan FIFA. (ln/mux)